Daftar Isi :
- Persiapan dan Niat
- Memasuki Keadaan Ihram
- Tawaf (Berlaku Untuk Haji Tamattu atau Haji Qiran)
- Safa dan Marwah (Berlaku Untuk Haji Tamattu atau Haji Qiran)
- Memotong/Mencukur Rambut (Berlaku Untuk Haji Tamattu atau Haji Qiran)
- Istirahat dan Berdoa
- Memasuki keadaan Ihram (8 Dzulhijjah)
- Sampai di Mina (8 Dzulhijjah)
- Hari Arafah (9 Dzulhijjah)
- Tiba di Muzdalifah
- Rami (merajam setan) (10 Dzulhijjah/ Idul Adha)
- Hadyu (hewan kurban) (10 Dzulhijjah/Idul Adha)
- Mencukur Kepala (10 Dzulhijjah/Idul Adha)
- Tawaf Ifadah (10 Dzulhijjah/Idul Adha)
- Sa’i (10 Dzulhijjah/Idul Adha)
- Hari Tasyrik (11-13 Dzulhijjah)
- Perpisahan di Tawaf Wada (13 Dzulhijjah)
1) Persiapan dan Niat
Berniatlah. Anda harus berniat menunaikan ibadah haji hanya karena Allah ﷻ semata.
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ حَجًّا
Labbayka llaahumma hajjan.
“Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji”.
2) Memasuki Keadaan Ihram
Masuk dalam keadaan ihram (kesucian berhaji)
- Bagi jamaah laki-laki diharuskan mengenakan kain putih dengan satu bagiannya dililitkan di bagi dan satu bagian lagi di pinggang.
- Untuk jamaah Perempuan boleh mengenakan bentuk pakaian apapun sesuai pilihan, tetapi pastikan mematuhi aturan dengan berhijab. Namun, penutup wajah (cadar) tidak diperkenankan. Sepatu yang menutupi kaki sepenuhnya juga tidak diizinkan.
- Alas kaki yang bisa digunakan jamaah perempuan maupun jamaah laki-laki harus berupa sandal.
Setelah berniat dan memasuki keadaan ihram, bacalah kalimat Talbiyah, doa yang diucapkan oleh jamaah selama haji dan umrah. Doa ini dibaca sepanjang ibadah tersebut.
Adapun kalimat Talbiyah yang dimaksud adalah:
لَبَّيْكَ اللهُمَّ لَبَّيْكَ – لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ – إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ – لَا شَرِيْكَ لَكَ
Labbayka llaahumma labbayk(a), labbayka laa shariika laka labbayk(a), innal hamda wan ni’mata, laka wal mulk(a), laa shariika lak.
“Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu. Aku memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya pujian dan nikmat adalah milik-Mu, begitu juga kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu”.
3) Tawaf (Berlaku Untuk Haji Tamattu atau Haji Qiran)
Tawaf adalah salah satu rangkaian utama dalam ibadah haji yang berarti mengelilingi Ka’bah dengan gerakan berlawanan arah jarum jam.
Tawaf terdiri dari tujuh (7) putaran lengkap yang masing-masingnya dimulai dan diakhiri sejajar dari Hajar Aswad yang terletak di dalam Ka’bah.
Berniatlah untuk melakukan tawaf semata-mata karena Allah. Adapun niatnya sebagai berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أُرِيْدُ طَوَافَ بَيْتِكَ الْحَرَامِ فَيَسِّرْهُ لِيْ وَتَقَبَّلْهُ مِنِّيْ
Allaahumma innii uriidul ṭawwafa baytikal haraami fa yassirhu lii wa taqabbalhu minnii.
“Ya Allah, aku berniat melakukan Tawaf di Masjidil Haram, terimalah ibadahku dan permudahlah untukku”.
Dzikir & Doa
Selama tawaf, Anda dapat membaca doa dan permohonan. Doa-doa diterima selama tawaf, sehingga Anda dapat berdoa dalam bahasa dan cara apapun yang Anda kehendaki.
Menurut hadis Ibnu Majah, doa berikut dapat dibaca selama Tawaf:
للَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
Allaahumma innii as’alukal ’afwa wal ’aafiiyata fid dunyaa wal aakhirah.
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ampunan-Mu dan keselamatan dari masalah di dunia dan di akhirat”.
سُبْحَان الِلّه وَ الْحَمْدُ لِلّهِ وَلآ اِلهَ اِلّا اللّهُ، وَاللّهُ اَكْبَرُ وَلا حَوْلَ وَلاَ قُوَّة اِلَّا بِاللّهِ الْعَلِىّ الْعَظِيْم َ
Subhaanal laahi wal hamdu lillaahi wa laa ilaaha illa llaah(u), wal laahu akbar(u), wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaahil ’aliyyil ’aziim.
“Maha Suci Allah. Segala Puji bagi Allah. Tiada Tuhan selain Allah. Allah Maha besar. Tiada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung”.
Rukun Yamani
Setelah mencapai Rukun Yamani (pilar Yaman), sudut yang berada tepat sebelum Hajar Aswad, sentuhlah Rukun Yamani dengan kedua tangan atau tangan kanan Anda jika memungkinkan (cukup dekat untuk melakukannya). Jika berhasil, ucapkanlah “Allāhu akbar (اللّٰهُ أَكْبَرُ)” saat menyentuhnya. Namun jika terlalu ramai dan tidak memungkinkan, lanjutkan perjalanan Anda tanpa mengucapkan takbir atau menunjuk ke arahnya.
Disunahkan untuk membaca doa berikut saat berada di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Rabbanaa aatinaa fid dunyaa hasanatan wafil aakhirati hasanatan wa qinaa ‘adhaaban naar.
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”
[Al-Baqarah 2: 201]
Shalat Tawaf
Setelah menyelesaikan Tawaf, dianjurkan untuk menunaikan shalat dua rakaat. Sebaiknya dilakukan dalam posisi di mana Maqam Ibrahim berada di antara Anda dan Ka’bah.
4) Safa dan Marwah (Berlaku Untuk Haji Tamattu atau Haji Qiran)
Setelah Tawaf, Anda harus melakukan Sa’i (berjalan atau berlari-lari kecil di antara dua bukit Safa dan Marwah).
Anda akan memulai Sa’i di bukit Safa untuk berjalan menuju bukit Marwah. Anda akan berlari dari titik dengan tanda hijau ke titik dengan tanda hijau lainnya hingga mencapai bukit Marwah untuk menyelesaikan satu putaran Sa’i.
Kemudian, Anda harus berjalan kembali ke Safa untuk menyelesaikan putaran kedua. Sa’i dikatakan lengkap/sempurna jika Anda telah melakukan tujuh putaran antara bukit Safa dan Marwah.
Berdoa di Shofa/Safa
Setelah tiba di bukit Safa, menghadaplah ke arah Ka’bah dan angkat tangan Anda untuk berdoa.
Disunahkan untuk membaca doa sebagai berikut:
اَللّٰهُ أَكْبَرُ، اَللّٰهُ أَكْبَرُ، اَللّٰهُ أَكْبَرُ، وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar, wa lillaahil hamd.
“Allah Maha Besar Allah Maha Besar Allah Maha Besar. Tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar Allah Maha Besar dan segala puji bagi Allah”.
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Laa ilaaha illallaah wahdahu laa shariika lah(u), lahul mulku wa lahul hamdu yuhyii wa yumiit(u), wa huwa ‘alaa kulli shay’in qadiir.
“Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu”.
لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَحْدَهُ، اَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اَلْأَحْزَابَ وَحْدَهُ
Laa ilaaha illallaahu wahdah(u), anjaza wa’dahu wa nasara ‘abdahu wa hazamal ahzaaba wahdah.
“Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, yang telah menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya dan, menghancurkan sendiri musuh-musuh-Nya”.
Setelah membaca doa tersebut, Anda bisa mengucapkan permohonan atau doa Anda sendiri.
Berdoa di Marwah
Setelah tiba di bukit Marwah, menghadaplah ke Ka’bah lalu angkat kedua tangan Anda dan ulangi doa yang sama seperti yang Anda baca di bukit Safa.
Berjalan satu arah ke Marwah dihitung satu putaran Sa’i. Lalu perjalanan kembali ke Safa dihitung sebagai putaran kedua.
5) Memotong/Mencukur Rambut (Berlaku Untuk Haji Tamattu atau Haji Qiran)
Setelah Sa’i selesai, jamaah laki-laki harus memotong atau mencukur rambutnya, sedangkan jamaah perempuan diharuskan memotong rambut sepanjang ujung jarinya. Untuk jamaah laki-laki, jika tidak memiliki rambut di kepalanya, cukup dengan menggunakan pisau cukur di atas kepala.
Anda tidak dapat meninggalkan keadaan Ihram kecuali melakukan salah satu dari keduanya.
6) Istirahat dan Berdoa
Setelah melakukan Umrah, Anda akan melanjutkan perjalanan spiritual haji. Beristirahatlah yang cukup dan manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk beribadah dengan ikhlas. Haji Anda akan dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah.
7) Memasuki keadaan Ihram (8 Dzulhijjah)
Hari ke-8 Dzulhijjah menandai awal dari hari-hari haji dan tahap selanjutnya dari perjalanan spiritual Anda.
Baca Juga: Pengantar Perjalanan Ibadah Haji.
8) Sampai di Mina (8 Dzulhijjah)
Setelah tiba di Mina yang dijuluki sebagai Kota Tenda, Anda akan menetap di tenda-tenda yang telah disiapkan / dialokasikan. Di sini Anda akan menunaikan salat dzuhur, ashar, magrib, isya, dan subuh, dengan meng-qashar shalat-shalat Anda.
Saat bermalam di Mina (Mabit), Anda dapat berdoa kepada Allah ﷻ, membaca Al-Qur’an, dan mempersiapkan diri untuk hari berikutnya. Ini merupakan waktu yang penting untuk refleksi spiritual dan ketaatan Anda, jadi manfaatkanlah malam istimewa ini sebaik mungkin.
9) Hari Arafah (9 Dzulhijjah)
Setelah matahari terbit di Mina, Anda akan menuju ke dataran Arafah, sembari membaca istighfar (memohon ampunan Allah ﷻ) dan berdoa – tanda Hari Arafah ialah ketika kita berdoa dan bertobat, meminta Allah ﷻ mengampuni dosa-dosa kita.
Pada hari ini, akan ada khotbah yang disampaikan imam dari Masjid Al-Nimra di Gunung Arafah. Dengarkanlah khotbah tersebut jika memungkinkan.
Hari Arafah adalah salah satu hari terpenting bagi umat Islam di seluruh dunia, bahkan Allah ﷻ telah menyebut Hari Arafah dalam Surat Al-Ma’idah ayat 3 sebagai hari disempurnakannya agama, Allah juga mencukupkan nikmat-Nya bagi Rasulullah ﷺ, serta meridhai Islam sebagai agama.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak ada hari di mana Allah ﷻ membebaskan hamba-Nya dari neraka lebih banyak daripada Hari Arafah, dan sungguh Dia mendekati (orang-orang yang berdiri di Arafah) lalu membanggakan mereka di depan para malaikat dan berkata: Apa yang mereka inginkan?” (HR Muslim)
Jadi, pastikanlah Anda berdiri di dataran Arafah sambil berdoa sebanyak mungkin, memohon ampunan dan berkahnya bagi Anda dan keluarga. Jangan lupa sertakan teman, kerabat, tetangga, serta umat lainnya di dalam doa Anda pada hari istimewa ini.
10) Tiba di Muzdalifah
Setelah matahari terbenam, Anda akan berangkat dari Arafah menuju Muzdalifah – dataran terbuka di antara Mina dan Arafah. Setelah sampai Muzdalifah, Anda akan melakukan shalat Magrib dan Isya.
Setelah itu, Anda bisa bermalam untuk beribadah atau beristirahat. Rasulullah ﷺ saat itu memilih untuk tidur sampai sesaat sebelum Subuh, tidak melakukan ibadah malam seperti biasanya. Jadi beristirahatlah, jangan tergoda untuk “melelahkan” diri Anda karena hari yang panjang sedang menanti di depan mata.
Selama di Muzdalifah, Anda juga boleh mengumpulkan kerikil untuk melakukan Rami (melempar jumrah) selama tiga hari ke depan. Ukuran kerikilnya harus sama dengan ukuran batu/biji kurma. Anda membutuhkan total 49 kerikil. Namun, disarankan agar mengambil 21 kerikil lagi untuk jaga-jaga sehingga total Anda memiliki 70 kerikil. Sebab ketika Anda melanjutkan melempar kerikil di Jamarat (pilar batu) nanti, bisa jadi Anda melewatkan target atau beberapa kerikil jatuh dari tangan Anda. Oleh karena itu, sebaiknya memiliki lebih banyak kerikil daripada kekurangan. Kerikil juga dapat dikumpulkan dari mana saja di Mina.
11) Rami (merajam setan) (10 Dzulhijjah/ Idul Adha)
Hari Melontar Jumrah
Jabir bin Abdullah berkata: Aku melihat Rasulullah ﷺ melempar satu jumrah saja (jumrah aqabah) pada waktu dhuha hari Nahar. Sesudah itu, di hari-hari berikutnya (tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah) Rasulullah melempar (3 jumrah) setelah tergelincir matahari (HR Imam Muslim).
Berdasarkan hadis tersebut, lempar jumrah dilakukan pada:
- Hari Nahar (Hari Idul Adha) – 10 Dzulhijjah
- Hari Tasyrik (Hari-hari di Mana Daging Kurban Dipanaskan/jemur di Terik Matahari) – 11, 12 & 13 Dzulhijjah
Pada Hari Nahar, hanya rami dari jumrah kubra (pilar besar) yang akan dilakukan. Dilarang melempari dua pilar lainnya, meski tidak akan ada hukuman jika Anda melakukannya.
Sementara itu pada Hari Tasyrik, Rami dari semua pilar akan dilakukan setiap hari, mulai dari pilar terkecil hingga terbesar (ula/Sugra, wustha, aqabah/Qubra). Namun, melakukannya dalam urutan yang berbeda tidak akan dikenakan penalti, Rami juga tidak harus diulang.
Ukuran Kerikil
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA: Pada suatu pagi di Aqabah, ketika Rasulullah ﷺ berada di atas tunggangannya, Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Tolong carikan batu untukku!’ Aku langsung bergegas mencari batu-batu kecil (kerikil) untuk beliau berukuran sebesar biji kurma atau ujung jari dan meletakkan batu-batu itu di tangannya, lalu beliau bersabda, ‘sebesar inilah (batu untuk melempar jumrah). Dia mulai melakukan ini dengan tangannya. Yahya menggambarkannya dengan mengguncang kerikil itu di tangannya seperti ini. (HR. Imam Al-Nasa’i)
Pada setiap lemparan, ucapkanlah takbir seperti ini:
اللهُ أَكْبَرُ
Allaahu ‘Akbar
“Allah Maha Besar“.
12) Hadyu (hewan kurban) (10 Dzulhijjah/Idul Adha)
Pada hari ini, jamaah melakukan Hadyu (hewan kurban) dan juga memulai ritual ‘lempar jumrah’ atau Rami yang pertama dari tiga hari. Muslim di seluruh dunia juga berkurban dan memulai festival empat hari Idul Adha. Firman Allah ﷻ dalam Al-Qur’an menjelaskan hal berikut:
“Apabila kamu dalam keadaan aman, maka barangsiapa mengerjakan umrah sebelum haji, dia (wajib menyembelih) hadyu yang mudah didapat. Tetapi jika dia tidak mendapatkannya, maka dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam (musim) haji dan tujuh (hari) setelah kamu kembali. Itulah sepuluh (hari) yang lengkap. Demikian itu, bagi orang yang keluarganya tidak ada (tinggal) di sekitar Masjidil Haram”. (Surat Al-Baqarah 2: 196)
13) Mencukur Kepala (10 Dzulhijjah/Idul Adha)
Bagi jamaah laki-laki diharuskan mencukur atau memangkas rambut. Rasulullah ﷺ mencukur rambutnya dan ini lebih disukai. Jamaah perempuan pun harus memotong rambutnya sepanjang ujung jari.
Setelah tahallul selesai dilakukan, selanjutnya Anda boleh keluar dari keadaan ihram dan mengenakan pakaian yang nyaman. Anda juga diperbolehkan melanjutkan kegiatan halal yang sebelumnya dilarang saat Ihram, kecuali berhubungan intim suami istri. Menggunakan parfum atau wewangian juga disunahkan (amalan Rasulullah ﷺ), karena dari dirinya tercium wangi musk yang kuat saat itu.
14) Tawaf Ifadah (10 Dzulhijjah/Idul Adha)
Anda sekarang akan menuju ke Makkah untuk melakukan Tawaf Ifadah dan rangkaian Sa’i lainnya sebagai bagian dari ibadah Haji Anda.
Tawaf Ifadah dan Sa’i wajib dilakukan. Anda harus melakukan Tawaf Ifadah dan Sa’i ‘setelah Rami, Qurban (pengorbanan), dan mencukur (atau memangkas) rambut kepala Anda.
15) Sa’i (10 Dzulhijjah/Idul Adha)
Setelah menyelesaikan Tawaf dan Sai, Anda dapat bersantai dan melakukan segala sesuatu yang halal sebelum memasuki ihram, termasuk melakukan hubungan intim suami istri.
Namun, Anda akan kembali ke tenda di Mina dan melanjutkan ritual haji yang tersisa.
16) Hari Tasyrik (11-13 Dzulhijjah)
Disunahkan untuk melempar jumrah sugra (pilar kecil) terlebih dahulu dan berdoa, lalu melempar jumrah wustha (pilar tengah) dan berdoa, kemudian diikuti melempar jumrah qubra (pilar besar).
Baca Juga: Sejarah Haji dan Umrah Serta Hikmahnya
17) Perpisahan di Tawaf Wada (13 Dzulhijjah)
Anda sekarang hanya tinggal satu langkah lagi sebelum menyelesaikan haji dan pergi dari Makkah. Tawaf perpisahan (Tawaf Wada) adalah ritual terakhir yang harus dilakukan umat Islam saat haji.
Tawaf ini diwajibkan menurut mazhab Hanafi, Syafi’i, dan Hambali tapi sunah menurut mazhab Maliki dan harus dilakukan sebelum meninggalkan batas Haram. Meninggalkan Tawaf ini tanpa alasan yang sah tidak dianggap halal dalam Islam.
Diriwayatkan Ibnu Abbas (RA): “Manusia diperintahkan untuk melaksanakan tawaf wada di Baitullah sebelum pergi (dari Makkah) sebagai akhir dari rangkaian ibadah haji. Kecuali bagi perempuan yang sedang haid, diberikan keringanan untuk tidak melakukannya” (HR. Bukhari)
Anda harus menyelesaikan tujuh putaran untuk tawaf ini. Lalu melaksanakan shalat dua rakaat dan minum Air Zam Zam. Tidak perlu melakukan Sa’i atau mencukur rambut setelah tawaf ini.
Haji Mabrur! إِنْ شَاءَ ٱللَّٰهُ Sekarang Anda telah menyelesaikan ibadah Haji!
قَبَّلَ اللهُ حَجَّكَ، وَغَفَرَ ذَنْبَكَ، وَأَخْلَفَ نَفَقَتَكَ
Qabballallâhu hajjaka, wa ghafara dzanbaka, wa akhlafa nafaqataka.
“Semoga Allah menerima ibadah hajimu, mengampuni dosamu, dan mengganti pengeluaranmu”.